Friday, June 24, 2005

Rubber Wristband

Rubber Wristband

Seingatku, pertama kali aku melihat gelang karet berwarna-warni itu awal tahun 2005. Wayne Rooney dan pemain-pemain di Liga Inggris-lah yang mengenalkannya kepadaku.
“ Dua gelang warna hitam dan putih yang selalu terkait itu artinya kampanye anti rasisme. “ Temanku – yang kebetulan belum lama pulang dari Inggris – menjelaskan.

Kemudian, dari berbagai sumber, aku menemukan bahwa setiap warna wristband punya arti sendiri yang khas. Beberapa yang terkenal, warna putih berarti sikap mendukung kampanye Make Poverty History. Orange = Anti Smoking. Pale Blue and White peduli akan Program Tsunami Relief. Purply- Blue suatu ekspresi “ Say No To Drugs “, dan Merah untuk Riset Aids.

Kalau yang berhubungan dengan kanker. Baik untuk penggalangan dana, survivor maupun penderitanya, Pink mewakili kanker payudara. Biru tua melambangkan kanker usus. Purple untuk Pancreatic Cancer, dan Aqua Blue representasi dari Ovarian Cancer

But, the craze was started by yellow wristband. Gelang karet bertuliskan “Live Strong “ – yang digunakan Lance Amstrong Foundation ini memang fantastis. Lebih dari 47 juta gelang karet terjual selama setahun. Bahkan ketika Lance Amstrong dan pacarnya, penyanyi Sheryl Crow di undang bareng di acara Oprah Winfrey show, dalam sehari penonton acara Talk Show terkenal ini memborong 900,000 gelang. Endorsement dari Oprah memang luar biasa.

Memang agak susah dibuktikan, tetapi gelang karet kuning bertuliskan “ Live Strong “ tersebut diyakini sebagai trend setter yang menjadikan wristband kemudian menjadi tidak hanya bagian dari kampanye penggalangan dana atau sikap kepedulian dan dukungan terhadap penderita kanker tetapi juga menjadikannya sebagai bagian dari fashion juga.

Dan ketika sudah menjadi item fashion.Varian wristband bisa menjadi bermacam-macam. Tulisan bisa diganti-ganti. Warna bisa di campur-campur. Di buat menyala dalam gelap. Bahkan bahan dasarnya bisa dimodifikasi supaya cocok untuk segmen tertentu. Membuat wristband dari Kristal Swarovsky misalnya supaya cocok buat perempuan yang tidak lagi ABG.

Kegemaranku nonton sepakbola . Terutama FA Premiere League. Lebih khusus lagi Manchester United-lah yang menuntunku menyukai wristband.

Aku juga punya penggalan kenangan tentang wristband, yang mungkin menurut penilaian orang sepele , tapi tidak bagiku. Aku masih ingat wajah temanku yang berbinar-binar ketika menerima satu gelang karet hijau kesayanganku. Sebelumnya dia bertanya-tanya dimana belinya dan menceritakan anaknya yang masih SMP. Sungguh tidak hanya dia, aku juga merasa bahagia disuguhi wajah ceria seperti itu. Ketika orang membutuhkan dan kita bisa membantunya. Sungguh merupakan suatu hal yang membahagiakan. For both party. Terlepas apakah sama agamanya atau tidak. Satu suku atau tidak.

Jujur saja, aku memang baru bisa melakukan hal-hal yang sederhana seperti itu. Tapi itu sungguh membuatku bahagia. Gelang karet menjelma seperti prasasti yang mengingatkan lagi bahwa tiket menuju kebahagiaan ternyata tidak selalu harus dengan biaya mahal. Tidak harus pelesiran around the globe. Tidak harus punya istri super model. Tidak harus bikin seribu candi. Tidak harus menang lotere 100 milyar. Lakukan segala sesuatunya dengan cinta dan kamu akan bahagia. Mungkin begitu resepnya.

Beberapa bulan lalu, ketika aku sedang mengantri di Twenty One. Kulihat masih belum banyak yang memakai wristband. Beberapa menit kemudian – sambil menunggu film diputar – aku pergi membeli coin untuk main games.
“ Mas, gelangnya bagus “ kata si mbak – berbaju seragam Twenty One – sambil menyodorkan coin. Dia tersenyum manis padaku. Aku sedikit salah tingkah. Kemudian kulepas wristband-ku dan kusodorkan padanya.
“ Kamu mau ? “. Tanyaku.
Dia mengangguk sambil menerima gelangku. Kemudian dia tersenyum lagi. Tapi kali ini Maniiieeess sekali.

Hayat
Penikmat seni & sayur asem

Wednesday, June 01, 2005

misunderstanding

Temanku pernah bercerita. Suatu hari temannya temanku naik angkot.
Ketika turun dan akan membayar, si sopir bertanya : " Darimana mas ? "
" Dari rumah teman " Kata temannya temanku itu kalem. Dia tidak menyadari bahwa si sopir bertanya darimana tadi dia naik.

Ya. Salah paham memang sering terjadi. Bisa saja dalam suatu percakapan ataupun ketika kita menafsirkan suatu tindakan.
Faktor - faktor yang menyebabkan salah paham juga banyak. Bisa dari si penyampai, bisa dari medium penyampaiannya, bisa juga dari si penerima. Apalagi bahasa - yang saat ini aku tahu - Bahasa Indonesia, juga banyak kelemahannya.

Coba kita lihat contoh dibawah ini :
- Pak Halim mencintai istrinya. Demikian pula Pak Handi.
Ini bisa di artikan :
1. Pak Halim mencintai istrinya. Pak Handi juga mencintai istrinya sendiri.
2. Pak Halim mencintai istrinya. Pak Handi juga mencintai istrinya Pak Halim

Dalam menilai suatu tindakan, Salah satu faktor penyebab salah paham adalah adalah persepsi.
Ketika kita melihat ada seseorang berkata kepada orang lain.
" wah ! bangsat lu, kemana aja lu !, Setan ! gua cari-cari kemana-mana nggak ketemu "
mungkin reaksi spontan kita adalah... wah kurang ajar bener nih orang yang bilang begitu. Tetapi, apakah penilaian kita ini benar ?
Belum tentu. Bisa jadi orang-orang tersebut teman lama dan jarang bertemu. Bisa saja ungkapan bangsat itu sebuah ekspresi keakraban dan kehangatan serta kedekatan seorang teman lama. Bukan bangsat dalam artian biasa yang kita pahami.

Kalau boleh menyarankan, janganlah kita terburu-buru menilai tindakan seseorang. Kita harus tahu latar belakang dan azbabun nuzulnya.
Salah satu kunci untuk menghindari salah paham adalah berkomunikasi yang baik. Menggunakan bahasa yang baik. Usaha lainnya adalah kalau ada yang dirasa aneh, kita harus segera bertanya untuk mengklarifikasinya. Dan kalau tidak sempat atau tidak mungkin adalah dengan berusaha memahaminya.

Menurutku, Cara ini juga berlaku untuk hubungan transendental kita dengan dengan Allah SWT. Dengan Tuhan.
Supaya kita tidah salah paham dengan Allah SWT. Supaya kita bisa memahami segala apa terjadi dan membaca ayat-ayat kauniah-Nya. Wajar memang, ada kalanya kita salah paham. Bahkan Nabi Musa pun pernah salah menilai apa yang dilakukan khidr. Tapi kita harus mencegah terjadinya salah paham semampu kita.

Temanku - yang aku sebut diawal - juga pernah bercerita. Suatu saat temannya temanku memfoto-copy beberapa dokumen kantor. Ketika selesai dia segera membayar dan pergi dari tempat foto copy. Ditengah perjalanan dia menyadari bahwa dokumen asli yang difoto copy tertinggal. Segera dia kembali ke tempat foto copy. Seampainya disana, dia bertanya kepada si tukang foto copy : " Aslinya mana mas ! "
tapi apa kata si tukang foto copy.
" Tegal. Asli saya Tegal "

hayat
penikmat seni dan sayur asem