Monday, August 25, 2008

Selamat ulang tahun Indonesia!

Amputasi saja mulut politisi-politisi itu
Cangkokkan ke mulutnya bintang utara!
(hayat)

Kenapa di negara kita tercinta Indonesia - yang berlimpah sumber daya – rakyatnya masih banyak yang miskin? Tidak terusikkah kita oleh fakta ini? Apa yang kita nggak punya? Batu-bara banyak. Minyak banyak. Nikel, tembaga, emas banyak. Tanahnya juga subur. Hutannya luas, Lautnya juga indah dan penuh ikan. Kenapa masih banyak rakyatnya yang jauh dari sejahtera? Kenapa? Pastilah ada yang salah dengan negara ini. Pasti.

Marilah kita lepaskan hangat dan nyamannya pelukan istri, suami, atau anak kita sebentar untuk menginventarisir kesalahan-kesalahan. Bung Hatta rela menikah di usia lebih dari 40 tahun karena lebih mementingkan Indonesia merdeka dulu daripada kesenangan pribadi.

Marilah kita tinggalkan sejenak segarnya sayur asem, mak nyusnya iced karamel machiato dan lezatnya menu-menu di restoran favorit kita untuk belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut dan memperbaikinya. Patih Gajah Mada bahkan bersumpah tidak makan buah palapa sebelum Nusantara bisa dipersatukan.

Marilah kita luangkan waktu turun dari kursi empuk jabatan kita dan aktif berbuat sesuatu demi Indonesia yang lebih baik. Agar rakyat Indonesia lebih banyak yang sejahtera. Agar bangsa indonesia punya bargaining position yang kuat dan tidak direndahkan di pergaulan internasional..

Lupakah kita pada Pangeran Diponegoro yang berani meninggalkan kemewahan dan privilage yang dimilikinya demi rakyat? Sultan Hasanudin juga. Tuanku Imam bonjol do the same. Everyone else must do so. I repeat again. Everyone else must do so.

Lebih baik mati berdiri daripada hidup selalu berlutut. Punya nyalikah kita untuk berprinsip dan berbuat seperti pahlawan-pahlawan kita? Agar kita merdeka untuk memilih dan sejahtera. Agar kita punya kemandirian untuk mengelola sumber daya alam dan berdaulat penuh atas kekayaan kita itu. Kita yang harus memenejnya. Untuk kepentingan rakyat. Untuk anak cucu kita kelak.

Tidak malukah kita selalu menjadi kerbau yang dicocok hidungnya? Selalu tunduk pada tekanan internasional karena bargaining position yang lemah? Padahal kita luar biasa kaya. Overwhelming!.

Everyone else must do so itu maksudnya kita. Ya. Kita!. Kita bangsa indonesia yang harus berbuat.

Ngomong sih gampang, tetapi kalau kita yang harus berbuat, Kalau kita yang harus melakukan sesuatu agar indonesia lebih baik kok susah ya? Itu kan bukan tugas saya? Itu kan bukan urusan saya? Saya kan punya keluarga? Dengkulmu mlocot!

Bangsa kita memang penuh manusia egois terkutuk yang enggan rela berkorban (demi bangsa Indonesia yang lebih baik). Mungkin aku juga. Manusia yang suka memeras susu tapi tidak mau ngasih makan sapinya. Mau minum susu tapi tidak perduli kesejahteraan peternaknya.

Di dalam pembukaan UUD kita, salah satu tujuan negara Indonesia didirikan adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Pasal 33 dan 34 UUD kita juga dengan sangat cantik menjelaskan hal itu. Tapi seberapa keras pengelola negara ini bekerja untuk mewujudkan hal itu? Berapa banyak kontribusi kita untuk memajukan kesejahteraan umum itu? Setiap aku tanya ke sopir taksi, buruh pabrik, petani, karyawan toko, nelayan dan “rakyat kebanyakan” penghuni (mayoritas) negara ini, sebagian besar mengeluh bahwa kehidupan sekarang lebih susah. Adakah parameter yang lebih objektif dan jujur untuk mengukur tingkat kesejahteraan umum selain hal ini? Lalu program pembangunan yang selama ini dijalankan buat kepentingan siapa? Buat kepentingan rakyat atau iblis?

Keringat rakyat “yang kesusahan” diatas bau ketidak adilan. Darah rakyat “yang kesusahan” tersebut bau “penindasan baru”. Ketika kau ambil keputusan tanpa memikirkan kepentingan rakyat, tak ubahnya kau seperti lintah yang menghisap darah mereka. Kau curi harapan dari jiwa-jiwa mereka. Kau khianati Undang-Undang Dasar.

Saatnya untuk berubah. Saatnya berbuat sesuatu untuk Indonesia yang lebih baik. Sebentar lagi Indonesia berulang tahun. Sebentar lagi pemilu. Momen yang tepat untuk mempertebal nasionalisme dan memilih pengelola negara yang berpihak pada rakyat.

Jangan pilih lagi calon pengelola negara atau pengelola daerah yang nggak punya visi, nyali dan konsistensi yang jelas (untuk memihak rakyat).
Kita berkeringat mendorong mobil mereka yang mogok, tetapi begitu mobilnya jalan mereka lupa sama yang mendorongnya. Lupa mensejahteraan rakyat. Semprul!

Pilih pemimpin dan pengelola negara yang punya visi, nyali dan konsistensi. Yang selalu mempertimbangkan kepentingan rakyat ketika mengambil keputusan.

Kepentingan rakyat yang harus didahulukan, bukan kepentingan iblis. Vox Populi Vox Dei. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Dirgahayu Indonesia. Merdeka!

Hayat
Penikmat seni dan sayur asem.

Agustus 2008.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home