Friday, October 17, 2008

Kartu Platinum

“ Kalau mau beli mobil tinggal gesek aja dong, “ iblis konsumtif di otakku yang menyambut ketika 2 orang marketing kartu kredit datang menemuiku di kantor. Mereka bilang bahwa kalau disetujui, limit kreditnya bisa sampai 200 juta.

Seksinya kartu kredit platinum dan bayangan orgasme berbelanja, hilir mudik menggoda dan meracuni akal sehatku.

“ Kartu kredit platinum memang powerful pak! “

Satu orang dari team marketing itu, melanjutkan rayuannya, menjelaskan keuntungan-keuntungan yang akan aku dapat sebagai pemegang kartu kredit platinum. Satunya lagi membantu mengisikan aplikasi permohonan berdasarkan fotocopy KTP, kartu namaku dan informasi-informasi lain yang sudah kuberikan padanya.

Aku tinggal tanda tangan saja.

***

Tidak sampai 10 hari, kartu kredit platinumku sudah dikirim. Kebodohanku lagi-lagi bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Padahal targetku, bulan ini harus menutup satu kartu kredit. Bukan menambahnya. Satu kartu kredit cukup!

Don’t jeopardize your own life!

Kalau tidak hati-hati, kita bisa terperosok ke lubang hutang yang sangat dalam. Kita bisa jatuh ke sumur tanpa dasar karena bunga berbunga. Betapa culas dan tidak adilnya. Kalau suku bunga bank naik, bunga (kartu) kredit pasti akan dinaikkan. Tetapi kalau suku bunga bank turun, apakah bunganya juga akan diturunkan? Tidak, bodoh!

B.o.d.o.h. Ya, betul. Bodoh. I am really stupid! bunga bank tidak lebih dari 6 % per tahun. Berapa bunganya kalau kita tidak melunasi tagihan kartu kredit kita tepat waktu. 3.5 % per bulan atau 42% per tahun!. 7 kali lipat dari dari bunga bank. Lebih biadab daripada rentenir kampret terkutuk!.

Don’t jeopardize your own life!

Kau pikir kau bisa mengendalikan iblis konsumtifmu jika sudah punya kartu kredit? Tidak semudah mengatakannya. Iblis konsumtif di otak kita bagaikan kuda liar yang susah dijinakkan. Matanya berubah hijau begitu mengendus dan melihat barang-barang yang lagi sale. Gatal berbelanja begitu ngelihat barang yang lucu-lucu. Apalagi kalau gengsi terlibat. Gesek dulu, bayarnya lupa dipikirkan. Bersenang-senang dahulu, tercekik dan mampus kemudian.

***

Shopping unnecessary things is a felony. Berbelanja sesuatu yang tidak dibutuhkan ataupun belanja berlebihan adalah perbuatan yang sangat menyakiti orang miskin.

Cara pandang dan persepsi baru (seperti itu), yang sudah kutanam sekian lama, yang kurasakan akarnya mulai menguat, yang keindahan bunganya mulai terlihat, mulai diincar dan diserang hama-hama. Mulai mendapatkan ujian yang sesungguhnya.

Sialnya, pengawas ujiannya adalah kita sendiri. Jadi ketika kita berbuat sesuatu yang sejatinya menyakiti orang lain, bisa saja kita tidak menyadari atau cuek saja karena tidak ada yang meniup peluit dan mengingatkan bahwa kita salah. Kita sendirilah yang harus sadar dan menentukan apakah tindakan kita itu benar atau salah. Pantas atau tidak.

Kita seringkali tidak perduli perasaan orang lain yang miskin itu, atau bagaimana kalau kita diposisi orang lain yang miskin itu. Karena kita merasa, toh, itu duit-duit kita sendiri, ngapain lo ngurusin gue!. Tanpa kita sadari, dengan senyum & seringai kecongkakan kita (karena kita banyak duit), kita sudah menghabisi dua sahabat penting kita, empati dan altruisme. Sahabat yang selalu bisa membuat kita berbahagia.

Berbelanja seenaknya memang hak kita. Tetapi ada 25,000 orang mati setiap hari karena miskin atau terkait dengan kemiskinan. Berarti ada 9 juta orang lebih pertahun yang mati. Masih ada juga orang yang hanya bisa makan dua kali sehari.

Kupandangi Kartu Kredit platinumku dengan senyum kecut. Apakah aku akan lulus ujian?

Hayat
Penikmat seni dan sayur asem

1 Comments:

At 9:11 PM, Blogger rajwa said...

YA SUDAH LAH DIK....
jangan menghakimi diri sendiri
ambil sisi baiknya aja, lu khan jadi punya dua kartu kredit hahaha

 

Post a Comment

<< Home